top of page
Cari
  • Gambar penulisAmkieltiela

Dukung Pengembangan Potensi Berbasis Desa di Kabupaten Sumba Barat Daya

Diperbarui: 19 Jan 2022


Nelayan Sumba Barat Daya dan Hasil Tangkapannya

Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan kawasan yang memiliki potensi perikanan dan pariwisata yang besar, namun potensi ini masih belum dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal. Untuk mengembangkan potensi berbasis desa yang efektif, maka perlu didukung dengan perencanaan pemanfaatan sumber daya laut yang optimal berbasis ilmiah. Upaya pengembangan potensi desa di wilayah Sumba Barat Daya ini sejalan dengan program pembangunan pemerintah. Namun, tantangan yang dihadapi adalah kurangnya modal keuangan dan kemampuan sumber daya manusia (pengetahuan dan kesadartahuan).


Pada bulan Februari – Maret 2021, Yayasan Padmi Yasa Mandiri (PADMI) dan William & Lilly Foundation (WLF) melakukan studi awal sosial ekonomi di 5 (lima) desa pesisir di wilayah Sumba Barat Daya. Lima desa pesisir tersebut yaitu Desa Pero Konda dan Pero Batang di Kecamatan Kodi, Desa Wainyapu dan Tana Mete di Kecamatan Kodi Balaghar, dan Desa Lete Konda di Kecamatan Loura. Desa-desa di Sumba Barat Daya memiliki hubungan yang kuat dengan alam, terutama sumber daya laut, dalam bentuk kearifan lokal dan tradisi budaya yang masih dipraktekkan hingga sekarang. Tujuan dari studi ini adalah untuk memperoleh gambaran terkini tentang kondisi sosial ekonomi dan budaya, penguasaan aset penghidupan, ancaman-kerentanan-konflik sosial, pemberdayaan masyarakat, kebutuhan masyarakat, serta pemetaan pemangku kepentingan.


Hasil kajian penguasaan aset penghidupan menunjukkan bahwa pesisir desa studi memiliki aset alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber penghidupan masyarakat di sekitarnya. Aset alam tersebut berupa ekosistem pesisir dan biota laut meliputi ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, biota laut, dan panorama pantai yang indah. Seluruh aset alam tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal, baik secara sosial (sumber pangan dan arena sosial), ekonomi (sumber pendapatan ekonomi), dan budaya (arena atraksi budaya/tradisi lokal). Keberadaan aset alam ini relatif merata di seluruh desa studi, hanya saja memiliki perbedaan dari konsentrasi pemanfaatan oleh masyarakat lokal. Selain aset alam, masyarakat di pesisir desa studi juga memiliki modal sosial yang cukup kuat yang ditunjukkan oleh nilai kebersamaan dan semangat kegotongroyongan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan telah dibudayakan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang terbilang cukup dapat membantu masyarakat dalam persoalan finansial adalah tradisi kumpul tangan dan arisan adat, sementara tradisi gotong royong telah diterapkan untuk berbagai hal misalnya keadaan duka maupun pesta, pembangunan rumah, maupun kegiatan panen di ladang/kebun/sawah.

Selain tantangan terkait dengan SDM dan finansial, tantangan lain yang juga akan dihadapi dalam pengelolaan dan pengembangan pesisir dan laut adalah tantangan terkait dengan ancaman pesisir dan laut, kerentanan sosial, serta konflik sosial yang sedang terjadi maupun yang potensial terjadi. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat masih melakukan beberapa kegiatan ekonomi yang cenderung dapat merusak dan mengancam keberlanjutan pesisir dan laut meliputi kegiatan penambangan yang dapat meningkatkan abrasi pantai (penambangan pasir laut, karang, dan batu kubur), penangkapan ikan yang dapat merusak sumber daya dan lingkungan (pemanfaatan teknik tradisional yang cenderung menginjak terumbu karang, mencongkel karang, penangkapan dengan bom oleh nelayan luar, maupun penangkapan biota laut yang dilindungi), maupun potensial tekanan penangkapan ikan di area pesisir. Potensial tekanan ini dapat disebabkan oleh konsentrasi kegiatan penangkapan di area pesisir dan terumbu karang yang cenderung disebabkan oleh keterbatasan aset produksi dan teknik penangkapan yang dikuasai. Salah satu alasan masyarakat masih melakukan kegiatan penambangan adalah kebutuhan ekonomi, yang tidak terdukung oleh mata pencaharian alternatif yang dapat dimiliki oleh masyarakat. Selain ancaman, isu kerentanan sosial juga akan menjadi tantangan yang membutuhkan perhatian khusus dalam rencana pengembangan pesisir dan laut sebagai sumber penghidupan. Kerentanan yang teridentifikasi di desa studi meliputi kerentanan kesehatan (balita & ibu hamil), ekonomi (nelayan tanpa alternatif lain), keselamatan (nelayan saat musim angin besar), keamanan (terkait dengan kriminalitas), dan gender (kekerasan terhadap perempuan). Demikian juga dengan konflik sosial terkait dengan lahan pesisir yang ada di pesisir desa studi, potensial akan menjadi tantangan pelik dalam pengelolaan.


Modal alam berupa pesisir yang sangat kaya dan indah yang didukung oleh modal sosial dengan berbagai tradisi khas dan telah dikenal sebagai objek wisata hingga manca negara menghadirkan peluang yang sangat tinggi untuk pengembangan perikanan sekaligus pariwisata berbasis masyarakat dan sumber daya alam lokal. Pengembangan ini akan mampu menjadi alternatif perekonomian dan strategi nafkah ganda untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir. Kehadiran ekonomi alternatif (strategi nafkah ganda) akan dapat membantu masyarakat mengatasi isu kerentanan yang ada sekaligus menurunkan ancaman melalui pengurangan kegiatan yang bersifat merusak yang selama ini dilakukan karena kebutuhan ekonomi rumah tangga.




Coastal Livelihood Survei Report_WLF-Padmi
.pdf
Unduh PDF • 69.23MB


371 tampilan0 komentar
bottom of page